Gurun Pasir di Pantai Muine

Visiting Date : 2 - 3 May 2008

Dari pegunungan Dalat yang dingin kami menuju panasnya pantai Muine. Jarak antara Dalat dan Muine sekitar 230km dan kami berangkat pukul 7.30 pagi dan sampai Muine sekitar pukul 15.00. Sungguh menyebalkan berada di bus ini, karena orang2 lokal tidak suka memakai AC, krn membuat mereka mabuk. Mereka membuka jendela sehingga membuat AC tidak dingin dan udara menjadi panas dan pengap.

Untuk sampai Muine, kami harus oper kendaraan di Cham Tower, sekitar 150km dr Dalat, karena bus yang membawa kami sebenarnya tujuannya ke Nha Trang. Kami sempat khawatir ditelantarkan karena jumlah turis yg hendak ke Muine hanya 7 orang termasuk kami. Rupanya ada seorang wisatawan Perancis yang lebih galak dari kami, dia meminta supir bus menunjukkan kendaraan yg harus kami tumpangi sampai ke Muine beserta supirnya. Kendaraan yang ditunjukkan sang sopir berupa mobil colt, bukan bus. Akhirnya kami berangkat juga ke Muine dengan kendaraan yang lebih bagus dan yang pasti dingin :)

Sepanjang perjalanan menuju Muine, membuat kami serasa kembali ke desa. Melihat banyak sapi menyeberang jalan, padi di jemur di badan jalan dan dilindas ban2 kendaraan yang lewat... Waks? apa? padi dilindas ban? Aduh kok jorok yah.. tapi yah memang begitu kenyataannya..

Padi yang sedang dijemur

Semakin mendekat ke pantai Muine, semakin gersang pemandangannya... hamparan gunung batu dan gunung pasir dengan beberapa deretan semak2 mengisi kekosongan tanah gersang itu. Sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela mobil terasa sangat menusuk mata kemudian saya membayangkan betapa panasnya berada diluar mobil ini.. Whew..

Perjalanan dari Cham tower sampai Muine memakan waktu sekitar 2 jam, jadi kami tiba di Muine sekitar pukul 14.00. Dan kami langsung dibawa ke guest house "Bao Tran". Mereka menawarkan harga US$15 untuk kamar yang ber-AC dan $10 untuk kamar tanpa AC. Kami memilih kamar ber-AC, mempertimbangkan panasnya hawa di pantai. Kamarnya cukup bagus dan bersih. Kami mendapatkan fasilitas AC, air panas, 2 quenn bedroom. Guest house ini tepat di pinggir pantai, kami menikmati liburan di Muine ini dengan sekedar duduk di tepi pantai dan mendengar irama ombak atau berbaring di hammock, karena memang pantai Muine kurang bagus. Ombak besar krn berada di laut China selatan dan air yang keruh karena efek ombak besar. Selain itu tembok2 yang dibangun untuk mengurangi kecepatan erosi disepanjang pantai Muine menurut kami mengurangi keindahan suatu pantai.
Klo sudah berada dipantai begini, saya selalu membandingkan pantai2 di Indonesia seperti Pulau Sepa (Pulau Seribu), Gili Trawangan (Lombok), Pulau Derawan, Raja Ampat yang terkenal dengan keindahan alami pasir putihnya atau underwaternya.. Ahh Indonesia.. *speechless*


Untuk hari pertama ini, kami tidak punya aktivitas lain selain duduk2 ditepi pantai ato berjalan di sepanjang pedestrian. Agak membosankan memang. Apalagi letak hotel agak saling berjauhan satu sama lain, restoran pun juga demikian.

Area wisata Muine ini sangat panjang, jadi rasanya sulit untuk bisa menjelajah Muine tanpa transportasi. Kami mecoba mencari sebuah restauran seafood yang tercantum di buku Lonely Planet. Kami mencoba berjalan kaki sore2 kesana, 'nampaknya' tak begitu jauh. Hampir 1,5 km kami lalui dengan berjalan kaki, tak sampai juga. ditambah dengan udara pantai yang gerah membuat kami cepat lelah. Terpaksa kami menyerah dan kembali ke hotel naik taxi :p

Hari kedua (3 Mei), kami berencana melihat gunung pasir, atau istilah kerennya 'Sand Dune' dengan meminjam sebuah motor dari hotel seharga 100.000 VND/12 jam untuk menjelajah Muine. Kami cukup beruntung, seorang turis Jerman, Ben namanya, ikut tour memakai sepeda motor bersama seorang guide lokal dan kami diijinkan mengikuti guide itu ketempat2 wisata di Muine. Jika kami mengikuti tour yang sama, kami harus membayar $13/orang. Dengan mengendarai motor sendiri, kami cuku hemat sekitar $15 :p

Red Sand Dune
Red Sand Dune jadi tujuan pertama kami untuk melihat matahari terbit. Jam 5 kami berangkat dari hotel. Letaknya ternyata cukup jauh dari penginapan kami, sekitar 15 km. Sepanjang perjalanan menuju tempat ini membuat kami deg2an. Kami harus mengikuti sang guide yang ekstra ngebut. Wuih, kayaknya mas guide ini bekas pembalap motocross.

Red Sand Dune ini letaknya di pinggir jalan utama, sangat mudah menemukannya. Diseberang jalan pun banyak penjual makanan dan minuman. Begitu tiba ditempat ini, anak2 kecil mulai berdatangan, berebutan menawarkan pada kami bermain sliding dengan selembar plastik. Kami dibebaskan menuju Red Sand Dune, sedangkan sang guide duduk menunggui motornya.

Kami mendaki bukit pasir itu untuk melihat puncaknya. Saat kami tiba puncak gunung pasir ini, wah ternyata ramai sekali. Sudah banyak orang berada disana, ya orang lokal yang sekedar bermain sliding, ya fotografer yang lagi nunggu matahari terbit.. Suami saya kemudian sibuk memotret sana sini bersama Ben yang ternyata memiliki hobi yang sama dalam hal memotret sambil menunggu matahari bangkit dr tempat tidurnya. Cukup unik pemandangan disini. Tapi jangan pernah membayangkan untuk datang kemari siang2 karena sepagi itu saja sudah membuat kami merasa gerah.

Sunrise @ red sand dune


Red sand dune with blue sky

Matahari mulai membentuk bayangan kami di pasir, dan panasnya mulai membuat kami tidak nyaman, kami meninggalkan tempat ini dan bergerak menuju White Sand Dune.


White Sand Dune
White Sand Dune terletak 20 km dari Red Sand Dune. Dan akses ke tempat ini agak lebih susah karena jalanan belum beraspal. Walaupun begitu, sang guide tidak memperlambat sepeda motornya ketika melalui jalanan itu. Bayangkan kami harus mengejar dengan kecepatan 60km per jam di jalan yang berbatu dan berkerikil, kalau tidak kami bakal tertinggal jauh. Whew, saya ngeri, takut selip dan memilih berpegangan erat pada suami saya..

Namanya saja White Sand Dune, tentu saja pasirnye berwarna putih. Tapi yang cukup aneh disini, ada danau air tawar di sebelahnya yang ditumbuhi teratai. Pemandangan yang sangat kontras antara air dan gurun pasir. Untuk menuju ke puncak gunung pasir ini, kami perlu berjalan diatas hamparan pasir. Alas kaki saya yang berupa sandal jepit tak mendukung gerakan kaki saya di atas pasir ditambah dengan sinar matahari yang menyengat (walaupun saat itu baru pukul 7), membuat saya merasa lelah dan ngos-ngosan. Saya menyerah, saya memilih berlindung dibalik bayangan gunung pasir. Sedangkan suami saya terus mendaki ke puncaknya bersama Ben untuk memotret pemandangan disanaa.

Ini dia gambar2 hasil hunting suami saya di puncak White sand dune yg panas.

White sand dune from afar and lake

White sand dune

Fairy Stream
Kami dibawa menuju kesebuah rumah makan. Kami bingung, mau ngapain ya disini. Eh ternyata dia menunjukkan sebuah tempat wisata yang terletak disebelah warung makan tersebut. Hah h sungai!!?? Ngga salah?? Kami melongok ke sungai itu, airnya berwarna cokat. Kami tak ingin masuk ke sungai itu, lebih baik menunggu disini pikir kami. Anak2 kecil yang siap menawarkan jasa guide itu terjun lebih dahulu kepada kami dan memberi tahu kami kalo sungai ini hanya semata kaki airnya. Kami cuma bisa berkata 'Wualaah, kayak gini jadi tempat wisata'.

Ya sudah, akhirnya kami terjun juga walaupun ragu2. Kami bertiga (saya, suami, dan Ben) menyusuri sungai dangkal itu. Sepanjang aliran sungai itu air memang dangkal. Tak ada yang menarik menurut kami tempat ini. Hanya sungai dangkal dan formasi pasir yang membentuk bebatuan. Tapi mungkin hal semacam ini tak ditemukan Ben di Jerman, dia tertarik untuk menyusuri sungai lebih dalam lagi.

Papan nama Fairy Stream

Our friend, Ben @Fairy Stream

Me @Fairy stream

Fishing Village
Tempat ini adalah tujuan terakhir kami. Banyak kapal nelayan bersandar di pantai ini. Pasar ikan kecil2an pun ada disini. Sebuah kapal bulat menarik perhatian kami. Bentuknya tak lazim membuat kami heran bagaimana cara mengendarainya. Rupanya dayungnya diikat dipinggiran perahu, dan cara mendayungnya di goyangkan kekiri kanan. Kok ga berputar2 ditempat yah? Entahlah kami juga tak mengerti teknisnya..

Fishing Village

Round boat

Tapi ikan2 yang dijual disini tampaknya tak segar. Bau amis pun tercium oleh hidung kami, membuat kami tak betah berlama2 disitu dan meneruskan perjalanan kami ke hotel.


Tour selesai pukul 9.00 pagi. kami masih punya banyak waktu hingga tengah malam nanti untuk berkeliling Muine dengan motor sewaan kami. Tapi panas menyengat pagi itu membuat kami tak betah lama2 berada dibawah terik matahari. Kami menghabiskan waktu dengan bersantai di tepi pantai dan bermain air sebagai tanda keabsahan bahwa kami telah menginjakkan kaki di pantai Muine.

Rasanya tak lengkap jika berada di pantai tanpa seafood. Kami menuju sebuah restauran yang malam itu nampak ramai sekali. Rajungan seberat 1 kg mengisi perut kami malam itu. Hmmm yummy.. Tapi sayangnya, harga seafood disini, yang notabene dekat dengan kampung nelayan, malah lebih mahal daripada di Saigon. Untuk 1 kg rajungan, kami mesti merogoh kocek sebesar 320.000VND (~$20).

Rajungan sebagai makan makan malam

Pukul 01.00 pagi kami bangun dan bersiap menunggu bus yang akan membawa kami kembali ke Saigon pukul 01.30 bila sesuai jadwal. Tapi bus tak datang tepat waktu, jam 02.30 pagi bus baru datang. Sial kembali mengikuti kami, bus yg kami tumpangi tidak ber-AC, dengan alasan AC rusak. Atap bus pun dibuka sebagai salah satu cara untuk sirkulasi udara. Tapi sialnya lagi kami duduk di deretan paling belakang dan merasakan hembusan angin yg kuat dari atap bus itu. Whew.. untung hanya perlu 4 jam untuk mencapai Saigon dengan bus ini..
Saigon, here we come .. ;)


Summary Note:

Where to sleep
Bao Tran Guest House
Ham Tien Ward
Phan Thiet City - Binh Thuan
Phone : 062.847062
Price : US$15 / night

Where to eat
Hong Vinh (Seafood restaurant)
277 Nguyen Dinh Chieu
Ham Tien - Phan thiet
Phone : 062.847566

Tour @Muine
Rent a bike 12 hour (excluded gasoline) : 100.000 VND ( ~ US$ 6.25)
Gasoline : 16.000 VND - 20.000 VND/liter
Tour with guide using motorcycle : US$13/person
Read more...
Labels: 1 comments | | edit post

Dalat, Kota Romantis yang Dingin

Visiting Date: 30 April - 2 May 2008

**Hiks hiks kami harus memulai kisah Dalat ini dengan peristiwa sedih. Kami kehilangan sebagian foto yang kami ambil di Dalat :(( karena suatu kecelakaan (dan kemudian tertimpa foto lain). Semua kenangan kami di Bao Dai Summer Palace, Truc Lam Meditation Center, dan Datanla Waterfall hilang :(( Maka sebagian foto yang ada disini hasil 'hunting' dari Uncle Google. Tapi syukurlah kami bisa mengembalikan sebagian foto yang terhapus itu dengan recovery software :) Ga pa pa lah yang penting kisahnya masih bisa ditulis disini yah! ;)


Perjalanan ke Dalat kami mulai pada pukul 07.30. Bus yang kami gunakan kali ini dari Sinh Cafe. Jangan terkecoh dengan kata 'cafe'-nya karena ini bukan 'cafe' hanya sekedar nama saja.
Bus Sinh Cafe memang lebih mahal, kami harus membayar 140.000 VND untuk ke Dalat sekali jalan per orang. Padahal tiket dari agent tour yang lain, hanya 100.000 VND! Ketika kami masuk ke dalam bus Sinh Cafe, then we knew, why Sinh Cafe's ticket more expensive than the other. Jarak antar tempat duduk di bus ini cukup besar, sehingga tidak berkesan sumpek. Kesan kedua bersih dibandingkan dengan bus2 yang pernah kami naiki sebelumnya.

Kami berangkat tepat pukul 07.30.Jarak antara HCM-Dalat adalah sekitar 300km yang seharusnya kami tempuh dalam waktu 6 jam saja. Tapi sialnya kami pergi pada saat long weekend untuk memperingati hari kemerdekaan dan Hari Buruh di Vietnam yg jatuh tgl 30 April dan 1 Mei. Alhasil jalanan keluar kota HCM muacet cet cet... jadi ingat macetnya Jakarta..

Jalanan menuju Dalat berliku2 dan sempit, hanya cukup satu kendaraan per jalur, ditambah dengan sudut kemiringan yang cukup tajam, sehingga memperlambat laju kendaraan. Akhirnya kami baru mencapai Dalat pada pukul 17.00. Malam itu udara tak begitu dingin, seperti Kaliurang menurut kami.

Kami segera mencari hotel yang terletak di jalan Le Quy Don yang telah kami pesan sebelum dari HCM. Betapa kecewanya kami melihat kamar yang telah kami pesan ini, jauh sekali kualitasnya dengan harga $22 yang harus kami bayar. "Ini hotel 50ribuan klo di indonesia" gerutu kami. Tak pantas disebut hotel sebenarnya, losmen lebih tepat. Tapi ya sudah, kami sudah membayar untuk 2 malam disini, sayang jika harus mengeluarkan uang ekstra lagi.

Dalat di kenal oleh orang2 Vietnam sebagai tempat yang romatis dan cocok untuk berbulan madu. Yah memang suasana alam di Dalat mendukung hal2 yang romatis, dingin (dingin kok romantis ya? :p) dan taman yg tertata indah. Di pusat kota terdapat danau dengan taman disekitarnya, restaurant di tengah danau, mengayuh perahu bebek bersama pasangan di tengah danau.. duh mesranya..

Malam itu kami melewatkan malam disekitar pasar Dalat. Suasana malam itu sangat ramai, bukan hanya wisatawan asing tp jg wisatawan lokal. Kami melihat sebuah menara kecil yang 'sedikit' mirip dengan Eiffel dengan ukuran yang jauh lebih kecil :p Kami juga melihat banyak sekali penyewaan sepeda tandem. Jadi siapa yang ingin romantis-romatisan, mungin bisa bertandem ria dengan pasangan.


Dalat Market (aduh yg ini lupa catat ambil dr mana gambarnya :p)

Oya malam itu kami juga memesan tiket untuk city tour besok pagi dan tiket untuk melanjutkan liburan kami ke Muine. Kami membeli tiket untuk city tour seharga $10 per orang sedangkan untuk tiket bus dr Dalat ke Muine kami harus membayar 90.000 VND.


Bao Dai Summer Palace
Pagi ini kami dijemput di hotel kami dan memulai city tour pada pukul 8.30. Tujuan pertama adalah Bao Dai's Summer Palace. Bao Dai merupakan raja Vietnam yang bekerja sama dengan pemerintah Perancis dengan cara mengijinkan rakyatnya dijajah Perancis dan sebagai imbalannya dia menerima segala kesenangan yang diberikan oleh Perancis. Walhasil, pada jaman kekalahan Perancis di Vietnam, seluruh keluarga Bao Dai ini harus mengungsi ke Perancis.

Garden @ Bao Dai's Summer Palace

Jangan dibayangkan yang namanya 'Palace' itu sesuatu yang besar dan megah. Nyatanya 'palace' yang ini hanya merupakan sebuah rumah peristirahatan saja. Bangunan 2 lantai ini dibangun ketika belum ada pra sarana jalan menuju dataran tinggi Dalat, sehingga ia memperkerjakan orang2 lokal di Dalat yang dikenal sebagai suku 'Lat' untuk membawa material dengan berjalan kaki. Disekitar Bao Dai Summer Palace ini terdapat taman dan hutan pinus yang mengeilinginya.



Tiket masuk ke area Bao Dai's Summer Palace ini seharga 8.000 VND, tp kami tidak perlu membayar lagi krn sudah termasuk dalam harga tour yg kami bayar. Oya, jangan lupa mengenakan sarung sepatu untuk masuk kedalam 'palace' ini yang telah disediakan di dekat pintu masuk.


Truc Lam Meditation Center
Tujuan city tour berikutnya adalah Truc Lam Meditation Center. Kami rasa ini semacam kuil Budha. Tapi entah mengapa disebutnya sebagai pusat meditasi. Tour guide kami tidak menceritakannya. Satu2nya hal menarik yang ada disini adalah cable car. Yeah I know, cable car is everywhere, nothing special. Tapi belum sah kan klo belum naik cable car disini ^_^
Jadi kami naiklah cable car dengan ongkos 50.000 VND untuk two way. Klo mau cuma one way, hanya perlu bayar 35.000 VND. Cable car sepanjang 2,3 km ini membentang diatas hutan pinus. Dari atas cable car ini kami bisa melihat Danau Tuyen Lam.

Pine forest, taken from cable car

Datanla Waterfall
Perjalanan dilanjutkan menuju Datanla Waterfall. Untuk menuju air terjun, ada dua cara yang bisa ditempuh yaitu menuruni tangga yang pastinya gratis atau naik sliding coaster. Kami tertarik untuk naik sliding coaster yang belum pernah kami temui sebelumnya. Tiket sliding coaster ini kami beli seharga 35.000 VND untuk two way. Tapi disediakan juga tiket one way saja seharga 25.000 VND.

Rute sliding coaster ini sepanjang 1 km. Kendaraan ini mempunyai rem dan gas sendiri dikendalikan sesuai selera. Jika ingin meluncur cepat, ya lepaskan saja remnya hehehe..
Menyenangkan buat saya, tapi (sepertinya) tidak buat suami saya. Saya yang duduk didepan enjoy saja dengan sliding coaster ini sambil motret sana sini (tapi sayang akhirnya terhapus secara tak sengaja juga, hiks hiks) sedangkan suami tercinta nampaknya harus berkonsentrasi mengendalikan rem dan gas.

Sampai dibawah, wuih ternyata ramai sekali, bak ikan teri di dalam rempeyek :p. Kami berusaha mengambil foto diantara kerumunan orang. Baru 10 menit berada di dekat air terjun, tiba2 hujan turun cukup deras. Kami pun harus ikut berteduh sambil antri untuk kembali naik dengan sliding coaster. Setelah cukup lama kami mengantri, akhirnya kesempatan kami naik keatas datang juga. Rute naik kali ini hanyalah berupa sebuah tanjakan tajam, tidak seperti rute sebelumnya.

Sliding Coaster

Sliding Coaster Track

Datanla Waterfall


Valley of Love
Sebelum melanjutkan tour hari ini, kami diantarkan ke sebuah restoran untuk makan siang. Usai mengenyangkan perut, segera mobil kami menuju ke Valley of Love.

Valley of Love Entrance Gate

Valley of Love ini merupakan sebuah taman dengan berbagai hiasan2 berbentuk hati, mulai dari kolam berbentuk hati, tembok yang memiliki lubang berbentu hati, patung berbentuk hati. Banyak lokasi untuk berfoto2 disini, bahkan disediakan penyewaan baju Indian disini. Ngga hanya kaum hawa Vietnam yang suka berfoto, kaum adam pun ngga ketinggalan.

Heart shape pond

Valley of Love Lake

Valley of Love Lake

Heart Shape Statue

Kami harus menuruni tangga untuk menuju danau. Di danau ini disediakan perahu bebek yang bisa dinaiki berdua dengan pasangan. Tapi rasanya lebih enak naik perahu bermotor yah daripada harus mengayuh bebek ini :p Selain perahu bebek ini, ada pula kuda yang disewakan untuk dinaiki.


Embroidery Gallery
Kami sempat berpikir apa spesialnya embrodir ini ya.. tapi surprise hasil embrodir yang dipajang, luar biasa bagusnya. Di tempat ini jg ditunjukkan cara membuat lukisan embrodir, sangat rumit keliatannya. Tapi memang hasilnya sebanding dengan kerumitannya dan kami kembali surprise melihat harga lukisan yang sudah jadi. Bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta Vietnam Dong. Wuihh... mahalnya..

Embroidery Shop

The making of embroidery

Lukisan macan dari embordir senilai lebih dr 100jt Dong

Dragon Pagoda
Tempat ini adalah tujuan terakhir city tour. Pagoda ini berada ditempat yang tinggi, kota Dalat nampak dari sini. Sebuah patung Budha putih yang besar menghadang kota Dalat, seakan memberkati seluruh kota.


Dalat Cathedral
Selesai city tour sekitar pukul 16.00, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami sendiri ke Dalat Cathedral. Gereja ini tampak unik dengan warna terakotanya. French style nampak kental mendominasi design gereja ini. Waktu kami mengunjungi tempat ini, banyak jemaat yang datang untuk melakukan misa memperingati hari kenaikan Yesus ke surga.

Dalat Cathedral

Crazy House
Walaupun kami berjanji sendiri ngga tertarik untuk mengunjungi Crazy House; karena kami telah mengintip foto Crazy house di internet sebelumnya; tapi sepertinya ada panggilan yang menyerukan "it's a must to see Crazy House when you are visiting Dalat". Ya sudah, akhirnya kami berjalan sekitar 1km dari katedral menuju Crazy House. Tiket masuknya seharga 10.000 VND.

Bangunan Crazy House ini memang unik, entah bagaimana kami menggambarkannya dengan kata2, mgk lebih baik diintip saja foto2 yang kami dapatkan.

Crazy House

Tapi buat kami 15 menit di dalam Crazy House ini sudah cukup. Crazy house ini juga menyediakan kamar2 untuk disewakan, tp entah kenapa rasanya kok syerem menginap disitu mengingat interiornya semuanya terkesan gelap dan menakutkan ...


Usai sudah tour di Dalat hari ini. Esok pagi kami akan segera berangkat menuju Muine..
Read more...
Labels: 2 comments | | edit post