Binh Tay, Ben Thanh, Saigon Center, dan Thuong Xa Tax

Sehari setelah kepulangan suami tercinta dari Kiev, kami memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke tempat yang belum pernah kami kunjungi (2 minggu saya ngga keluar apartemen sama sekali! bosan euy). Kami merasa di Ho Chi Minh ini, pusat keramaian hanya sedikit (dibandingkan dengan Jakarta sih :p), hampir smua tempat rekreasi turis kami sudah kunjungi. Melihat ke peta Ho Chi Minh sejenak, mata kami tertuju pada satu tempat, Binh Tay Market, yang terletak di distrik 6. Daerah ini merupakan daerah China Town.

Berangkat dari apartemen kami di distrik 1 pukul 12.00 WHCM (maksudnya, Waktu Ho Chi Minh), kami melaju dengan taksi Me Linh ke Binh Tay Market, salah satu pasar di China town. Perjalanan ternyata cukup jauh, ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Suasana China town mulai terasa ketika kami mulai dekat dengan tujuan kami. Banyak gedung2 tua dan tulisan2 china, dan tentu saja terkesan kumuh! Argo taksi menunjukkan harga 71.000 VND, ketika kami sampai di depan pasar Binh Tay. Angka argo termahal selama kami jalan2 di HCM.

Ternyata kami harus kecewa ketika melihat pasar yang kami tuju ternyata memang bukan tujuan wisata :(( Tak banyak turis disini, hanya beberapa yang kami temukan, dan mungkin mereka nyasar seperti kami.

Binh Tay Market, pasar tradisional di China town

Walaupun kecewa dengan penampilan luar pasar ini, kami tetap mencoba masuk ke dalamnya. Disini kami melihat pedagang pakaian, pedagang bumbu-bumbuan, ikan asin. Yah sejenis pasar basah di Indonesia. Kebanyakan orang lokal yang bakal datang kemari.

Untuk mengobati kecewa kami karena tidak mendapatkan sesuatu yang menarik disini, kami mencari tempat untuk me-recharge badan kami ini. Sebuah rumah makan Chinese tak jauh dari pasar kami pilih, alasannya simpel, kami melihat 2 bule makan disini. :p
Jenis makanannya cenderung sama dengan Chinese food di Indonesia, cuman porsi lauknya itu loh, menurut saya terlalu banyak.

Setelah makan kenyang, kami berniat untuk berburu kecap manis. Satu pasar kami putari untuk mendapat kecap manis, tapi ternyata kami hanya mendapati kecap asin. Sebelumnya kami juga mencari di supermarket2 yang ada di mal2, ga juga kami dapatkan si hitam manis ini.
Ya sudah lah trima dengan lapang dada, namanya aja ga di kampung halaman, ga smua bumbu bisa didapatkan.

Sekarang kami kebingungan mencari taksi untuk menuju ke Ben Thanh, sedikit taksi yang lewat disekitar sini tidak seperti di pasar Ben Thanh. Kami hendak naik bus tetapi kami kesulitan menghentikan bus, kami ngga tau dimana bus berhenti. Bus disini ngga boleh berhenti sembarangan, mereka juga tidak mengejar setoran, tapi dibayar negara, jadi mereka lebih tertib.

Kami mencoba berjalan menyusuri jalan disekitar Binh Tay, eh kami malah menemukan jajaran toko yang menjual perlengkapan Natal. Maksud hati ga beli perlengkapan Natal, tp akhirnya beli juga karena tertarik dengan hiasan Natal berbentuk bulat yang biasa ditaruh di pintu (namanya ngga tau.. :p )

Dengan sedikit usaha keras, akhirnya kami mendapatkan taksi (ga jadi naik bus) dan langsung menuju Ben Thanh. Tapi dari Ben Thanh kami justru jalan lagi ke Nguyen Kim untuk melihat harga hp disini. Letaknya tak jauh dari Ben Thanh, sekitar 300m. Disini pusat elektronik HCM sepertinya. gedung 3 lantai ini berisi barang2 elektronik mulai dari handphone, kulkas, kamera, ac dll. Harga hp disini sedikit lebih mahal dari Indonesia, hp yang saya incar Nokia 6300 berharga 3,65juta VND (skitar 2,15juta rupiah).

Dari Nguyen Kim, kami kembali ke Ben Thanh. Ketika berjalan di lorong pedagang buah, bau durian begitu menggelitik dan menggoda kami. Kami kemudian mampir ke seorang pedagang harga durian di pedagang yang kami beli ini 47.000 VND/kg. Cukup mahal, saya rasa kami diberi harga mahal. Di pedagang ini dia menjual sirkaya seharga 35000VND/kg, sebelumnya saya membeli hanya 20000/kg. Kami makan ditempat, ada tempat duduk pendek di sekitar pedagang itu, pedagang itu membuka durian dan meletakkannya pada sebuah wadah plastik, dan siap untuk kami santap.. yummmmyyy....

Berjalan menyusuri jalan disebelah pasar Ben Thanh, kami menemukan pedagang ketan dengan rasa durian (durian lagi). Wuihhh enak banget.. 5000VND untuk sebungkus ketan rasa durian.

Ini dia ketan rasa durian, yummy..

Suasana jalan sekitar Ben Thanh, si bule kok ga takut sakit perut ya?
Oya, tempat duduk warung2 pinggir jalan rata2 begini..


Kami kembali meneruskan perjalanan menuju supermarket di mal Thuong Xa Tax, untuk membeli kebutuhan sehari2. Ehh, di perjalanan kami menemukan sebuah mal yg belum pernah kami kunjungi namanya Saigon Center. Di depan mal ini terdapat ornamen natal yang menarik perhatian kami. Akhirnya, kami menyempatkan poto2 di tempat ini sambil berebut tempat dengan anak kecil yang mau poto juga :D

Me and my husband @Saigon Centre on the evening


Saigon Centre @ night with beautiful Christmas decoration


Thuong Xa Tax, salah satu mal di HCM

Dari Thuong Xa Tax, kami kembali ke Ben Thanh (jangan bingung ya, kami memang bolak balik kesini :p) Kami memang menunggu malam sekitar pukul 19.00 WHCM untuk menikmati makanan di sepanjang jalan di sekitar Ben Thanh. Ada dua lorong jalan yang dipenuhi pedagang makanan, dan rata2 menjual seafood. Tapi ada juga yang menjual pakaian, sepatu, souvenir, dll.

Night Market @ Ben Thanh


Ini dia hewan-hewan yang siap masuk ke perut kami.. huahaha..


Untuk malam ini, kami memesan kepiting lemburi berbalut tepung dengan harga 50.000VND (isinya cuma 2 kepiting, kecil pula, hanya sekitar 10cm) dan kerang saos pedas seharga 30.000VND. Yummyy.. Kami cukup puas dengan makanan ini dan suasananya yg enak. Kami ketagihan untuk balik lagi.


Kepiting Lemburi (Soft shell crab) yang kami pesan di pasar malam Ben Thay
(I know you are drooling.. :D)


Kerang pedas, yang ini yummy juga...
Tapi rasa jahenya cukup kuat (I hate ginger on foods!)


Selesai makan enak, kaki kami mulai terasa pegal, menandakan dia sudah capek menyangga tubuh ini seharian. Kami pun pulang dengan taxi. I miss my bed to relax my foot..

Read more...

Jalan2 di sekitar Notredame Cathedral, Buu Dien, Benh Than

Hari ini kami melanjutkan perjalanan kami ke pusat kota Ho Chi Minh. Tujuan kami sekarang adalah Notredame Cathedral dan sekitarnya. Ini dia foto hasil hunting kami :)

Notredame Cathedral

Notredame Cathedral, beautiful church


Interior of Notredame



Notredame, side view


Tulisan didepan pintu masuk Notredame, gereja ini dibangun tahun 1880


Yang punya blog mau bergaya :D


Central Post Office

Buu Dien, means Post Office. This is central post office in HCM


Interior dalam post office, terpajang foto besar Paman Ho Chi Minh

Peta Saigon jaman dulu


In here, they sell souvenir, quite cheap, so a lot of tourist here

Tuh dibelakang telepon umum, bagus ya kabinnya?
Yang depan? itu suamiku, lg pura2 baca peta :p


Ben Thanh Market

Front view Ben Thanh Market
Here is the place to buy some souvenir, T-shirt, traditional Vietnamse costum, bag, fresh flower.
A lot of food stall here, and they are sell vegetable, seafood and spices.
All you need is here. But don't forget to bargain at least 50%. and then raise it little by little.


Side view of Ben Thanh Market.
On this side, they sell fresh flower.


Opera House

If you like art, here is the opera house.


My husband wanted to be taken his picture in front of this banner.
This sign is extremely illegal in Indonesia :D
but here, it is every where on every corner of this city



Setelah hunting photo, kami hendak pulang ke hotel di daerah Anh Phu. Kami menyetop taxi dengan merek Vina Taxi dengan nomor taxi 1288 dan kami pun melaju pulang ke hotel kami di daerah Anh Phu.
Begitu sampai di depan hotel, argo taxi menunjukkan angka 52.000 VND. suamiku menyuruhku mengambil uang dari dompetnya. Uang yang terkecil di dompetnya adalah 100.000VND, kuberikan padanya, tapi ternyata dia ngga mau memberikan uang yang ngga pas (menurut buku Anthony Bourdain yang dia baca, selalu berikan uang pas, karena mereka selalu beralasan tidak ada kembalian). Dia mencari lagi (karena merasa mempunyai uang 50.000VND) dan kemudian dia memberikan uang kepada pak supir dan sedikit tips.

Saat malam hari ketika kami hendak makan, suamiku mencari uang 500.000VND di dompetnya. Dicari-cari didalam dompet, ngga ketemu juga. Dan tiba2 kami sadar bahwa uang yang kami berikan kepada supir taxi adalah 500.000VND :o OMG! 10x lipat dari yg harusnya kami bayar. Lemas langsung kami menyadarinya. Kami sedikit saling menyalahkan, karena saya sudah memberikannya uang 100.000 VND, tapi tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Saya berpikir bahwa the taxi driver is not honest, masak sih dia ngga berpikir bahwa ngga mungkin kita memberikan tips 10x lipat. And I think The taxi driver did not need to work again for that day, just went home and slept! (Salahkan buku Anthony Bourdain :D yang dibaca suamiku)

Pelajaran di hari ini :
  • Pisahkan tempat uang berjumlah besar dan kecil apalagi Anda belum familiar dengan mata uang asing yang baru. Kalo tidak mungkin anda akan punya pengalaman yang sama seperti saya.
  • Usahakan segera memecah uang dengan nominal besar jika anda mendapatkannya.
  • Ternyata pengalaman ini bukan hanya kami, tapi juga teman suami saya yang berasal dari Denmark. Dia bahkan mengalaminya lebih dari sekali (apalagi saat dia mabuk :p ), jadi berhati-hati, karena kemungkinan terjadinya besar.

Read more...

Having lunch @Quan An Ngon

Ini dia restoran tujuan kita kali ini..

Siang ini kami diajak makan oleh sang bos bersama keluarganya, ke salah satu restoran di Ho Chi Minh, namanya Quan An Ngon (means, Restoran makan enak) Alamatnya di:

Quan An Ngon
138 Nam Ky Khoi
Nghya, Quan Mot
Ho Chi Minh
Phone : 8257179
Email : quananngon@chm.vnn.vn

Letaknya dekat Notredame Cathedral dan Diamond Plaza di distrik 1.

Begitu sampe di restoran ini, pukul 12.00, kami tercengang melihat begitu ramainya restoran ini, sampe banyak orang harus mengantri. Tapi untunglah kami tidak harus mengantri karena kami telah memesan untuk 6 orang. Tapi kami harus tetap menunggu sekitar 5 menit untuk mendapatkan kursi kami.

Really crowded huh? A lot of foreigner here..

Sebuah buku menu disodorkan. Wah banyak sekali list makanannya dalam bahasa Vietnam, tapi untunglah, ada bahasa inggrisnya juga, jadi kami ga perlu khawatir.

Dibawah ini gambar2 makanan yang kami makan, maap lagi, namanya susah. Jadi ga semua bisa kasi namanya. Lagipula, kami kurang bisa bebas memotret, karena sang bos dan keluarga ada disitu juga ^_^, jadi ga semua makanan ke potret. Oya, kami sempet heran loh, ternyata ada semacem es cendol disini, cuman ditambah dengan kacang ijo yg sudah ditumbuk halus. Enak, hanya saja menurut saya, kacang ijonya sdikit bikin eneg.
But we promise to ourself that we will be back again to try another food, but just the two of us!

Oya, menurut saya, makanan Vietnam itu penuh dengan daun-daunan (wah jadi seperti kambing). Makanan apa saja, selalu disajikan dengan daun2an, ya sejenis lalap gitu. Yang pasti ada adalah daun wangi seperti kemanggi di Indonesia. Hampir setiap makanan yang saya beli disini selalu saya jumpai daun ini. Kata suami saya, namanya cilantro, tapi entah benar atau salah. Hanya saja saya kurang suka dan selalu menyingkirkan daun ini dari makanan saya (tapi biasanya rasanya sudah menyatu dengan makanan :(().

Selamat menikmati gambar makanannya.. :D

Heo Xien Nuong
Potongan daging babi panggang dengan roti Perancis plus daun wangi yg ga tau namanya



Daging sapi dengan garam pedas dan jeruk nipis, plus lalap daun wangi (lagi)


Banh Hoi Chao Tom Cuon Banh
Kaki naga ini dibuat dari udang cincang, direkatkan pada batang tebu, trus dimakan dengan bihun plus lalapan seperti gambar dibawah ini (ada belimbing, tauge, daun-daunan, pisang muda-di jawa disebut pisang kluthuk yg biasa untuk rujak). And finally dibungkus dengan kulit lumpia (rice papper),
kemudian dicelupin ke kuah asam pedas.
Yang ini rasanya mak nyuss. 5 stars for this food!!


Ini lalapan temennya kaki naga


Lotus salad, dengan udang juga. Yg ini rasanya juga wangi (lagi)
In my opinion, thumb down for this food.



Read more...

A Journey to Vietnam


Kali ini perjalanan saya dan suami, bukanlah perjalanan jalan-jalan. Kami akan tinggal di Vietnam selama kurang lebih setahun. Dan mungkin bisa lebih kalau kami ternyata lebih betah di kota ini daripada in the hell city called Jakarta.

Kamis, 1 November 2007 - A journey begins

Pagi-pagi buta jam 03.00 kami harus bangun. Mandi dan berbagai persiapan dgn barang2 kami yang berjumlah total 5 travel bag (oh my God! it could be overweight baggage.) belum termasuk laptop.
Taxi yang kami pesan datang pada pukul 4.15, kami suruh sang supir taxi untuk menunggu beberapa saat sampai kami siap.
Pukul 04.30 kami melaju menuju bandara dari tempat tinggal kami di daerah Pondok Labu. Dan kami surprise! kami tiba di bandara pukul 05.10! Very very fast, ya because it still early in the morning. Tapi klo kami telat sedikit saja, pasti terlambat. Dan ongkos taksinya pun hanya Rp.110.000 ! Padahal kami memprediksikan sekitar Rp.200.000!

Kami harus menunggu di bandara sampai pukul 07.00 untuk check-in. This was the first time we had have an international flight :D
Soalnya, sebelumnya kami cuman naik kapal ke Singapura dan Malaysia dari Batam. Kami berputar-putar sekitar bandara untuk menghabiskan waktu dan melihat-lihat peraturan yang tertera disekitar pintu masuk check in. Peraturan itu menyatakan bahwa kita hanya boleh membawa cairan ke dalam kabin utk setiap jenisnya maximum 100ml dan jumlahnya untuk semua jenis tidak boleh lebih dari 1 liter.

Kami masuk ke bagian checkin Garuda Indonesia. Wah, kami deg-degan melihat timbangannya! (tahan nafas) kalo lebih kami harus memilih, antara meninggalkan ato membayar kelebihan bagasi. Dan ternyata... angka menunjukkan 40.2 kg. Wuih (buang nafas), lega, pas banget. Untuk kelas ekonomi, kami cuman dapet jatah 20kg per orang. Oya, di bandara Soekarno Hatta, tas-tas yang kita bawa mesti di ikat dulu dengan tali plastik sebelum masuk bagasi dan ngga bayar! (tumben ada yg gratis di indonesia). Di loket check ini kami mesti membayar airport tax Rp. 100.000,- per orang dan mendapat sebuah kartu imigrasi tanda keluar/masuk Indonesia. Setelah beres check in, kami pergi ke loket pembayaran fiskal dan mesti bayar fiskal Rp.1.000.000,- per orang (sebenernya buat apa sih fiskal nih? ga jelas pajak apaan). Semua urusan pembayaran beres, dan kami ternyata masih punya uang rupiah cukup banyak sekitar Rp.500.000,-, kami kemudian menukarkan uang itu dengan dollar disalah satu money changer di dalam tempat check in, karena bakal susah menukar rupiah di Vietnam.

Di perjalanan menuju ruang tunggu pesawat kami melihat ada toko buku Periplus, dan kami iseng-iseng mencari buku tentangVietnam. Sebuah buku saku tipis untuk mempelajari bahasa Vietnam untuk percakapan sehari-hari kami beli sebagai bekal di sana nanti.

Tak perlu menunggu lama di dalam ruang tunggu pesawat, kami masuk ke dalam pesawat pukul 08.30 tepat, 10 menit sebelum keberangkatan. Hmm tumben tepat ya.. Kami segera menempati dibangku dengan nomer 11A dan 11B, tepat dibagian sayap pesawat. Pukul 08.50 pesawat lepas landas. Ada perasaan senang, karena kami hendak menuju suatu kota that we have never been before. Tapi ada sedih menyisip di hati saat meninggalkan negri ini, kami pasti akan merindukan makanan2 kesenangan kami. Pempek Abink di karet kesayanganku, Nasi uduk Pondok Pinang kesayangan suamiku, sambal di bu Elly, many more.. But we must go.. Good bye Indonesia, good bye Jakarta, we will back the next year..

Cuaca kurang baik karena langit begitu gelap, tapi tanpa hujan. Sang pilot mengatakan bahwa suhu diluar badan pesawat sekitar -40 derajat celcius. Dalam perjalanan ini kami disuguhi makan pagi berupa sosis, telur dadar, dan kentang, serta beberapa potong buah-buahan.
Kami mengira bahwa perjalanan ini adalah perjalanan tanpa transit, tapi ternyata kami transit di Singapura. Kami mendarat di Singapura pada pukul 9.30. Kami dan penumpang lain yang akan menuju Ho Chi Minh tidak turun pesawat karena pesawat ini sudah datang terlambat di bandara Changi. Begitu penumpang yang turun di Changi habis, serombongan petugas kebersihan datang membersihkan tempat duduk, membereskan majalah2, dan mengambil sampah2. Tepat didepan kami seorang bapak petugas kebersihan yg sudah lanjut usia (kami menebak sekitar 60 tahun, dan masih bekerja!) menemukan sebuah dompet yang terjatuh. Dan dia tidak mengambilnya! Dia memberikannya pada pramugari yang bertugas. Sungguh luar biasa, bukanlah mental seorang petugas kebersihan pada umumnya.

Satu per satu penumpang dari Singapura yang hendak menuju Ho Chi Minh masuk ke kabin pesawat. Ternyata pesawat memang tidak penuh. Tempat duduk di sebelah kami tidak ada yang menempati. "Take off position", suara sang pilot terdengar melalui pengeras suara. Dan pesawat pun segera lepas landas dari bandara Changi pada pukul 10.20.

Kami tidak menyangka bahwa kami akan dapat jatah makan doble :p. Perjalanan babak kedua ini, kami mendapatkan makan siang berupa nasi dan lauk berupa daging sapi atau ikan. Dan sebuah dessert berupa puding. Ternyata puding itu agak basi, karena terasa asam ketika dimakan (padahal suamiku memakan habis! :o karena dia ngga tau klo itu basi) Kami cukup heran makanan di pesawat terbaik di Indonesia kok ngga dijaga kualitasnya. Oya, kami diatas pesawat dibagikan kartu tanda kedatangan dan keberangkatan dari Vietnam. Dan kami ngga men-declare apapun dari barang2 kami, karena kamu tidak membawa barang2 yg terdaftar dikartu itu. Dikartu itu hanya tertulis, apakah kami membawa uang >15juta dong, > 1 ons emas.

1 jam 30 menit waktu yang kami temput untuk sampai ke bandara Tan Son Nhat (susyah, ngga hafal-hafal nama ini, mesti liat peta untuk dapet nama ini) di Ho Chi Minh. Welcome to the whole new word, kataku sambil sedikit bergumam. Bau cat masih memenuhi ruangan di ruangan bandara ini. Bandara ini sepertinya masih baru. Saat memasuki toiletnya, kesan pertama, So clean!! I like it!

Kami kemudian mengantri dibagian pintu imigrasi, disana ada tertera tulisan pintu keluar untuk Embassy, aircraft crew, ASEAN Passport, and All passport. Wah ternyata kami kurang mengisi sebagian. kami harus duduk dan mengisi kembali. Kami selalu deg-degan klo ditanya dimana kami akan tinggal selama di Vietnam, karena kami memang sama sekali tidak tahu. Perusahaan suamiku hanya bilang mereka sudah mengaturnya.

Betul saja kami ditanyai dimana kami tinggal. Aku ditanya, apa pekerjaanku dan dimana akan tinggal. Aku bilang perusahaan yang memanggil kami akan menjemput kami dan mengantar kami ke hotel. Ternyata cukup begitu sudah beres :p Tp suami kayaknya lebih susah karena wajah di passport lebih kurus dari yang sekarang, dia sampai bener-bener diliatin fotonya trus dicocokkan ke foto passport :p Tapi semua berjalan baik2 saja.

Kami segera mencari dimana barang2 kami, dari jauh kami melihat tas kami sudah bergeletakan di lantai, tapi syukurlah semua lengkap. Sebelum keluar, tas-tas kami harus melewati X-Ray lagi. Sedikit ketakutan tentang CD bajakan yang kami bawa, walaupun tersamar diantara CD kosong. Wah ternyata ngga seseram yang aku baca di internet. Menurutku mereka pun ga terlalu ketat, nyatanya stiker barang2 saja ngga dicocokkan dengan stiker barang yang diambil. Mungkin karena bukan Amerika yang begitu ketat dengan pembajakan :D

Diluar bandara kami menemukan money changer, kami menukarkan sebagian dollar yang kami miliki ke Vietnam Dong, 1 USD berharga 16.000 VND. Tp sayang money changer dibandara membebankan kami 3% pajak :(

Kami sudah ditunggu seseorang dari perusahaan suamiku. Dengan segera kami menemuinya dan naik ke taksi menuju ke kantor (baru) suamiku. Kesan pertama langsung bingung ketika melihat papan nama toko yang sama sekali ngga kami mengerti artinya!

Du lich VinaSun, means take a tour with VinaSun!
Ini tulisan didalam taksi :p


Perjalanan menuju kantor suami di jalan Dien Bien Phu, distrik 1, ternyata cukup padat. Tapi kami nikmati saja segala pemandangan baru ini. Kami melihat juga sebuah gereja cantik dengan warna pink berdiri tegak diantara toko-toko yang ada disebelahnya.

Beautiful Church, isn't it? But look at the cable in front of the church :D look messy..

Kami juga surprise melihat tukang becak yang ternyata ada juga disini. Tapi becak disini hanya muat satu orang.
Eh, si bapak becak tau klo mo di poto, pake nengok sgala!
Maap potonya ujung becaknya sdikit kepotong :p



Pengendara motor tanpa helm mendominasi jalanan. Disini pengendara motor jauh lebih besar dari mobil.

Look at this motor rider, no helmet, just a cap, almost of the using no helmet!


Suasana jalan yang kami tertangkap kamera dalam perjalanan dari airport ke kantor suami.

Setelah sampai di kantor, kami meletakkan barang2 kami yang buanyak ini di kantor. Berkenalan sebentar dengan rekan2 di kantor, sang bos menanyakan kepada kami, apakah ada yang kami butuhkan. Tentu saja kami langsung ingin membeli SIM card. Diantar sang sekretaris, kami menuju sebuah toko ponsel. Kami ditawari beberapa lembar list nomer hp. Kami pilih yang termurah seharga 200.000 VND dengan pulsa 150.000 VND. cukup mahal menurut kami, biasanya kartu perdana di Indonesia kan pulsanya selalu bernilai lebih besar yang harga kartunya.
Kemudian kami kembali ke kantor untuk melakukan beberapa keperluan, dan kemudian kami diantarkan ke Khach San (alias Hotel) di daerah Anh Phu (baca: An Fu) di distrik 2. Hmmm, hari yang panjang dan melelahkan...

Pelajaran di hari pertama :
1. Jangan tukar uang di money changer di bandara klo tidak terpaksa, krn di potong 3%
2. Bandara Ho Chi Minh tidaklah terlalu ketat, jd ngga perlu khawatir CD bajakan :D (tp tetep aja jgn mencolok)
3. Karena petugas pintu keluar bandara Ho Chi Minh tidak mecocokkan barang yang di ambil dengan nomer yg kita punya, berarti resiko hilang ada, jadi berhati-hatilah.
Read more...
Labels: 0 comments | | edit post