Foto Pulau Sepa yang mempesona


Pasir putih Pulau Sepa yang mempesona

Ucapan selamat datang di dermaga kedatangan


Ikan-ikan yang tidak takut naik ke permukaan untuk mengambil secuil roti



Sunset di Pulau Sepa
Kapal yang membawa kami ke Pulau Sepa

Me & My Husband ;)

Ada umang juga loh, walaupun cuman satu2nya yg kami temukan :p


Menikmati Indahnya Warna-Warni Ikan di Bibir Pantai Pulau Sepa


Rencana kami utk berlibur ke Pulau Sepa hampir saja batal, padahal kami telah merencanakan sejak sebulan yang lalu. Pilihan kami saat itu jatuh pada tgl 11 Mei 2007 sampai tgl 13 Mei 2007. Kami berpikir utk berangkat hari Jumat agar kami mendapat tambahan ekstra sehari untuk menikmati indahnya pantai di Pulau Sepa. Ternyata pengelola Pulau Sepa mengambil kebijakan untuk tidak mengambil penumpang pada hari-hari kerja dimana penumpang sepi. Mereka mematok minimal 10 orang penumpang utk dapat memberangkatkan kapal mereka. Kami sudah jengkel dan hampir putus asa untuk bisa berlibur kesana, dengan menghalalkan semua cara, termasuk mencari alternatif jalan ke Pulau Sepa lewat Pulau Pramuka dan searching di internet mencari agent tour.Akhirnya kami mendapatkan juga tiket kesana stlh menghubungi agent tour Pulau Seribu, Wijayatama (http://www.pulauseribu-wisata.com/), yang terletak di Marina, Ancol.

Hari pertama, 11 Mei 2007

Tanggal 11 Mei akhirnya tiba juga, kami tiba di dermaga 16 Marina Ancol pukul 07.00, sedangkan kapal akan berangkat pukul 08.00. Waktu satu jam sebelum keberangkatan kami manfaatkan untuk berjalan2 disekitar dermaga dan berbincang2 dengan orang2 disana. Kami menemui seorang nenek yang menjaga toilet, kami bertanya tentang kapal lumba-lumba milik pemerintah, karena kami sempat mendengar bahwa kapal ini juga menyediakan transport ke Pulau2 di pulau seribu. Tapi ternyata kapal tersebut sudah yang tidak beroperasi. Nenek itu bercerita bahwa para ABK kapal lumba-lumba sudah 5 bulan tidak digaji. Wuihhh, terkejut kami sekaligus heran, mengapa pemerintah tidak memperhatikan orang-orang kecil seperti mereka. Miris hati kami mendengar hal itu. Ahh.. kami tidak ingin berkomentar banyak ttg pemerintahan negri ini.
Pukul 08.00 tepat, kapal yang kami tumpangi berangkat juga. semula kami ingin duduk di depan, tapi sang nahkoda kapal menganjurkan kami untuk duduk di bagian belakang sebab pada bagian buritan speed boat goncangannya tidak sebesar di depan. Speed boat yang kami tumpangi bisa menampung kurang lebih 20 orang, tapi saat itu kursi yang terisi hanya sekita 10 orang. Speed boat mulai bergerak dan kami pun menikmat pemandangan laut. Disebelah kami duduk sang asisten nahkoda. Rasa ingin tahu kami tentang berapa biaya operasinoal untuk sebuah kapal mengusik kami. Kami pun bertanya pada asisten nahkoda. Wah kami cukup terkejut ketika sang asisten berkata bahwa bensin yang dibutuhkan untuk sekali perjalanan pulang pergi adalah 480 liter.. Sedangkan untuk kapal yang lebih besar yg menampung sekitar 40 orang butuh 1 ton bensin.. wow.. angka yang fantastis menurut kami..Akhirnya, kami mengetetahui mengapa mereka tidak mau memberangkatkan kapal jika tidak mencapai jumlah tamu minimum. Biaya operasional kapan ternyata cukup tinggi.
Selang setengah jam berlalu kami mulai mengantuk karena angin laut terus menerus membelai wajah. Kamipun terlelap sebentar dan terbangun ketika kapal hampir merapat ke dermaga Pulau Pramuka. salah seorang turis asing turun ke Pulau ini. Sekilas pulau ini bukan lagi semacam private island, karena sudah banyak penduduk disini, sarana umum pun sudah ada seperti Rumah Sakit Umum Daerah dan Masjid yang berdiri kokoh di pinggir dermaga. Kemudian kapal yang kami tumpangi melanjutkan perjalanannya ke Pulau Sepa. masih sekitar 30 menit lagi untuk mencapai Pulau Sepa dari Pulau Pramuka.
Tak sabar kami melihat Pulau Sepa yang berpasir putih bersih seperti yang terpajang dalam brosur wisata. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Dari jauh kami melihat ujung2 pohon hijau yang menyembul dari garis cakrawala. Lama kelamaan mulai terlihat hamparan pasir putih dan air laut yang berwarna biru kehijauan. Crystal clear water, torquise water orang bule bilang. Kaki kami rasanya ingin melompat ingin segera turun dari kapan dan bermain air disini. Baling2 kapal pun memutar arah untuk merapatkan kapal kami ke dermaga. Segera lah kami melompat ke dermaga. Semua penat yang kami bawa dari Jakarta dan perjalanan selama 1,5 jam di kapal seakan terlepas waktu kami menginjakkan kaki di dermaga itu. Udara segar bertiup, memaksa kami menarik nafas dalam-dalam ... ahhh.. sudah lama tidak menghirup udara segar sperti ini di Jakarta.
Diujung dermaga seseorang sudah menanti kami dengan sebuah nampan ditangannya berisikan gelas2 sirup melon sebagai welcome drink. Kamipun menuju ke meja resepsionis setelah menghabiskan minuman pembuka tersebut. Setelah pengecekan beberapa kwitansi dan voucher yang kami terima dari petugas dermaga Marina, kami mendapatkan kunci kamar kami di Gurita 3. Yup, kami mnggambil kamar paling murah, hehehe.. not as cheap as you think, satu orang kena charge Rp. 688.000,- untuk malam pertama dan Rp. 498.000,- (resminya sih Rp. 448.000,- tp kami ngga tau kenapa selisih Rp 50.000,-, mungkin untung yang diambil oleh tour agent-nya) untuk malam selanjutnya. Quite expensive untuk ukuran kantong kami hahaha... Fasilitas yang kami dapatkan dikamar ini adalah AC, kamar mandi, dan 2 spring bed.
Kami berjalan menuju kamar kami di Gurita 3 yang terletak disebelah barat pulau ini. Ada 10 kamar tipe Gurita disini. Tapi malam ini cuma kami berdua yang ada dideretan kamar ini.. hiyyy... Semua kamar yang ada resort ini menghadap ke pantai. Cuman untuk spot-spot yang bagus, tentu saja milik kamar yang berharga mahal. Ahh, kami tidak peduli, toh kami datang kesini bukan untuk tidur-tiduran, kami ingin bermain dengan ikan2. Segera setelah meletakkan barang2 kami, kami menuju ke dermaga. Perut kami lapar karena sejak pagi belum terisi, tapi what a poor us.. masih jam 10.30, belum waktunya makan siang. akhirnya kami berjalan-jalan disekitar dermaga dan bermain air di sepanjang pantai sambil menunggu makan siang.
Pukul 12.00 tepat kami segera makan siang, kami sempat underestimate dengan makanan yang bakal disajikan. tapi ternyata, hmmm yummy kami tidak pernah kekurangan makanan disini. Makanan yang tersaji biasanya terdiri dari Sup, makanan utama dan penutup. Untuk urusan makanan pasti terjamin disini. Jam makan disini mulai jam 7.00 pagi berupa breakfast, biasanya nasi goreng atau sandwich, kemudian makan siang pukul 12.00. Jam 16.00 kami dijamu lagi dengan makanan kecil seperti pisang goreng, dan jam makan malam jatuh pada pukul 19.00.
Rupanya kami kurang beruntung, setelah selesai makan, hujan turun agak deras, memaksa kami untuk tinggal dikamar. Sekitar pukul 17.00 sore, hujan reda, dan kamipun segera menuju ke laut untuk melakukan hobi kami yaitu snorkling. Pilihan kami jatuh pada spot dekat dermaga di sebelah timur, yah maklum walaupun senang berada di laut, tapi nyaliku belum ada untuk berada jauh2 dari daratan. Aku selalu meminta suamiku untuk mencari spot yang aman dulu karena aku benci tanaman laut yang bergerak2 di dasar laut. Aneh ya.. aku begitu menyukai laut dan terutama ikan2 yang lincah bergerak diantara karang, tapi aku paling takut dengan tanaman laut dan lumut2 .. hiyyy.. I really hate it. Suamiku selalu mengejekku, lebih baik lihat ikan di akuarium yang bersih, bebas dari tanaman laut dan lumut (tapi nyatanya dia selalu setia menemaniku :p). Spot pertama yang disurvey suamiku ternyata banyak bulu babi... waks binatang laut hitam dan berduri tajam dan panjang ini membuat aku jijik dan takut untuk turun ke spot ini. Menurut suamiku, bulu babi daerah itu masih virgin, duri-durinya sangat panjang dan tampaknya blm ada yang patah.
Kami menuju ke dermaga tempat kami merapat pertama kali. Rupanya disini juga banyak sekali ikan kecil yang berwarna warni. Dan yang pasti bebas dari tanaman laut yang bergoyang-goyang. Aku memberanikan diri untuk turun tanpa life jacket. tapi ketika turun aku panik karena lupa menutup hidungku dengan penjepit hidung, maklumlah aku tidak memakai google hanya kaca mata renang minus (mataku sudah minus 3.75, aku tidak bisa melihat jelas jika hanya memakai google), penjepit hidung, dan snorkle. Buru2 kutangkap tubuh sang suami dan memasang penjepit hidung. Benar saja, aku bisa mengapung tanpa life jacket. Tapi sepertinya di sekitar dermaga ini banyak ubur2 kecil yang tak berwarna alias bening dan ada juga yg bertentakel warna biru namun tidak berbahaya. Gatal-gatal mulai terasa dikulit, entah karena ubur2 atau karena solar yang berasal dari kapal. Tapi ikan2 yang berenang2 rupanya mengalahkan rasa gatal itu. Setelah hampir satu jam bersnorkling-ria, matahari mulai masuk ke peraduannya dan segera kami menyudahi snorkling kami.
Senja itu kami lewati dengan melihat orang memancing cumi. Para pegawai di Pulau Sepa menghilangkan kebosanan dengan memancing. Tampaknya gampang sekali. Hanya dengan menggunakan umpan palsu dan segulung senar tanpa pancing mereka bisa menangkap cumi. "Tinggal lempar saja umpannya kemudian tarik perlahan-lahan, cumi2 suka mangsa yang bergerak.", begitu tips orang tersebut.Kami mencobanya, ahh tapi kali ini kami gagal. Mungkin lain waktu kami berhasil. Angin di dermaga cukup kencang malam itu, membuat kami tidak tahan berlama2 diterpa tiupan angin laut.
Malam pertama di Pulau Sepa rupanya malam dengan cuaca yang cukup buruk. Angin besar menghempas air laut jauh ke bibir pantai. Hujan deras yang turun memaksa kami hanya duduk2 pendopo yang terletak di bibir pantai di depan ruang makan.

Hari kedua, 12 Mei 2007

Pagi itu kami bangun pukul 6.30 dan segera kami awali dengan snorkling, disekitar dermaga. Pagi itu sangat cerah, sepertinya tidak ada badai tadi malam. Sinar matahari menerobos masuk ke dalam air, cahayanya yang belum terlalu terang memberikan pencahayaan yang cukup kedalam air. Semua terlihat lebih pagi itu daripada kemarin sore. Hmmm, kami berpikiran untuk memberi makan ikan dengan roti tawar supaya mereka mendekat pada kami. Kami naik ke darat untuk sarapan dan mengambil pinggiran roti tawar sisa-sisa dari sarapan para tamu yang berupa sandwich.
Tak salah laku, ikan2 pun segera berkumpul disekitar kami ketika kami membawa roti. Awalnya sih mereka tampak takut mendekati kami, hanya beberapa ikan pemberani (terutama ikan yang ga bagus warnanya, mungkin ikan2 cantik itu juga jual mahal sama kayak manusia :D ) yang mendekati roti yang kami lepaskan dalam air. Tapi rupanya semakin lama mereka merasa aman didekat kami dan mulai berani mengambil roti ditangan kami, dan lagi2 ga semuanya berani mendekati kami. Wahh.. lucu sekali melihat tingkah laku mereka yang saling berebut roti ditangan kami.
Kami jadi ingat tips yang diberikan oleh salah seorang pegawai Pulau Sepa. Dia mengatakan bahwa isi "perut" bulu babi yang dipecahkan cangkangnya dapat menarik ikan2 untuk mendekat dan memangsa isi "perut" bulu babi. Kami mengambil sebuah balok yang kami temukan mengapung di laut, beruntung sekali kami. Kemudian, kami mencari kumpulan bulu babi dan... crok.. crok.., suamiku menghancurkan cangkang korban pertama, sedikit kejam memang :( Tapi.... Wuihhh benar saja, ikan2 langsung berdatangan, dan kali ini lebih berwarna-warni dari pada ikan yang datang pada kami untuk makan roti tawar.. Melihat reaksi ikan2 tersebut kami bersemangat untuk mengejar bulu babi yang berlari menjauh ketika mengetahui ada "pembunuhan". Entah berapa puluh bulu babi yang kami hancurkan.
Berenang agak menjauh dari dermaga, kami menemukan sebuah karang dengan anemon laut yang menempel di karang tersebut, dan coba tebak apa yang kami temukan! Kami melihat seekor ikan nemo, dengan lucunya bergerak sambil menggesek2 kan badannya diantara tentakel2 anemon tersebut. Wuihh lucunya.. baru kali ini melihat ikan nemo hidup di laut bebas, padahal kedalaman disitu hanya sekita 1 meter.
Sekitar pukul 10.00 kami memutuskan untuk bermain kano. Harga sewa kano Rp. 40.000,- perjam. Dengan menggunakan kano untuk dua orang, aku di depan dan suamiku di belakang. Kami berencana untuk mengelilingi pulau Sepa yang mempunyai luas sekitar 2 hektar. Tapi rupanya arus air luat cukup kuat, bapak penjaga menyarankan agar kami berkano tidak terlalu jauh. huh.. rupanya berkano itu melelahkan ya, terutama aku yang belum pernah berkano, selalu menabrak dayung suamiku. Semula kami berencana menyewa kano selama satu jam, tapi ternyata 30 menit sudah melelahkan kami. Tapi kami cukup puas berkano, melihat ke area yang agak ke tengah. Rupanya Pulau ini memang kayak akan bulu babi. Kami melihat banyak sekali bulu babi di bagian barat pulau ini.
Sisa hari ini kami habiskan dengan bersnorkling disekitar dermaga karena cuaca memang sedang tidak bersahabat. Angin besar membuat ombak yang cukup kencang dan besar. Sore itu sekitar pukul 16.00, kami mendapati sebuah kapal nelayan sedang bersandar di pelabuhan rusak sebelah barat. Jangkar yang mereka tambatkan di tengah laut putus karena besarnya ombak. Nelayan ini rupanya tak berani berlayar lagi. Mereka meminta ijin kepada pengelola Pulau untuk bermalam di dermaga ini semalam, karena hari sudah mulai gelap. Para nelayan yang biasanya menangkap rajungan ini, sempat menawari kami hasil tangkapan mereka, Rp. 50.000,- untuk sekilo rajungan. Karena tidak tahu harus memasak dimana, kami memutuskan tidak membeli, padahal kami ingin sekali, dan membuat kami menyesal keesokan harinya.
Sehabis makan malam, kami kembali mencoba peruntungan kami untuk mendapatkan seekor cumi2. Lempar dan tarik perlahan, tips yang gampang, tapi rupanya tidak gampang untuk dilakukan. Selang satu jam lempar dan tarik senar tak mendapatkan hasil. Kami pun menyerah.

Hari ketiga, 13 Mei 2007

Ahh, liburan kami hampir berakhir. Siang ini kami harus pulang ke Jakarta. Rasanya berat sekali meninggalkan pulau cantik ini untuk kembali ke Jakarta yang sumpek. Tidak ingin menyia2kan waktu yang tinggal sedikit, kami bersnorkling pagi itu pukul 06.30. Belum ada tamu lain yang bangun. Hanya kami yang tampaknya semangat menikmati keindahan laut.
Kami mengulangi aktifitas kemarin pagi yaitu memberi makan roti tawar pada ikan2. Senang sekali berada dikerumunan ikan2 ini, tanpa bosan.Siang ini aktifitas snorkling kami agak sedikit terusik dengan adanya rombongan jet sky dari Jakarta yang membuat ombak disekitar dermaga tempat kami snorkling, sekitar 20 orang pengendara jet sky mampir ke Pulau sepa. Mereka harus membayar entrance fee ke pulau ini Rp. 30.000,- per orang. Pengendara jet Sky ini memaksa kami naik karena kami takut terhantam jet sky mereka.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11.00, kami harus mandi dan segera berkemas, karena kapal kami akan mengantarkan kami pulang ke Jakarta pukul 13.00. Pukul 12.00 kami sudah selesai mandi berkemas, dan it's lunch time. Kami mengisi perut dahulu sebelum pulang.
Kapal yang kami tumpangi kali ini lebih besar dari kapal yang kami tumpangi waktu berangkat sehingga memuat lebih banyak orang dan penuh sesak. Kami kembali duduk di deretan belakang, dan rupanya kami tidak beruntung kali ini, kapal selalu miring ke sebelah kiri tempat kami duduk, sehingga kami tidak bisa membuka jendela karena cipratan air bisa membuat kami basah kuyup. Perjalanan pulang kami ini tidak cukup mengenakkan krn penumpang penuh dan udara tidak cukup baik mengalir dan ditambah dengan ombak yang besar, sehingga membuat kami sedikit pusing. Kasihan suamiku, dia kesempitan tempat duduknya, sehingga dia tidak bisa tidur, sedangkan aku lumayan bisa tidur barang 30 menit. Walaupun sudah penuh, ternyata kapal kami masih menaikkan beberapa penumpang lagi di Pulau Pramuka. Hasilnya kapal tambah sumpek.
Setelah menempuh 90 menit perjalanan dengan jarak sekitar 70 km dari jakarta, akhirnya kami sampai di dermaga Marina, dan kami mulai mencium bau tak sedap dari air laut di dermaga ini. Hidung kami harus kembali terbiasa dengan polusi di kota Jakarta.We are back Jakarta...


Read more...